Rabu, 06 Mei 2009

HANYA DI BANGKA BELITUNG



BATU SATAM


Firman Zulkarnaen, Pengrajin Batu Satam Batu Meteor

20 Tahun Menjadi 'Panglima Satam', Langganan NASA

Kekhasan Batu Hitam atau Tektite Pulau Belitung atau yang dikenal masyarakat dengan Batu Satam, telah menarik hati Firman Zulkarnaen sebagai pengrajin cinderamata Batu Satam. Dan kemarin, bertempat di salah satu stand Babel Expo 2009, 'Raja Satam' ini merayakan 20 tahun dirinya sebagai pengrajin batu yang telah menarik perhatian National Aeronautics and Space Administration (NASA), Sebuah Lembaga Antariksa milik Amerika Serikat tersebut.

KEMARIN kepada wartawan, Firman mengaku kerap mengibaratkan dirinya sebagai 'Bupati Satam' atau 'Panglima Satam'. Hal itu menurutnya semata–mata agar promosi hasil kerajinan batu yang disinyalir hanya ada di Belitung tersebut lebih muda. Dan kegiatan in, sebagai pengrajin, sudah mulai dilakukannya sejak Juni 1989. “Ini momen penting, saya hampir 20 tahun memasarkan di seluruh Indonesia hampir semuanya. Yang belum Sulsel, Aceh dan Medan. Untuk Asean semuanya sudah, Asia itu Jepang dan Hongkong sudah, dan saya punya enam orang tenaga kerja,” ungkapnya.

Di sebuah stand pameran Babel Expo, Firman sempat memperlihatkan CD tentang dirinya yang diliput oleh salah satu chanel TV Malaysia yang mengulas potensi pariwisata juga lagu dengan bahasa Belitung. Firman dalam liputan tersebut menceritakan Batu Satam, yang pengambilan lokasi syuting Video Klip di Belitung.

Istri dari Rodianah dengan 3 orang anak dan 5 orang cucu tersebut juga ternyata telah banyak meraih penghargaan. The Best Asea Citra A Word, Top Business Development Citra, adalah 2 diantara banyak penghargaan yang telah ia terima. Ia pun kerap mendapatkan penghargaan dari even tingkat nasional seperti ketika mengikuti even–even pameran.
Sebenarnya menurut Firman, bisnis yang digelutinya saat ini, dimulainya dengan coba–coba. Tapi meski Batu Satam ini dibisniskannya, namun Firman menolak dikatakan pedagang Batu Satam. “Kalau pedagang batu satam itu banyak. Tapi kalau pengrajin, dimana batu satam tadi sudah diolah terlebih dahulu menjadi cincin, pena, tongkat komando dan berbagai macam bentuk seperti bross,itu jarang,” sambung penggemar olah raga Tenis Meja ini.
Apakah pernah menularkan kemampuannya mengolah kerajinan batu satam ini? "Pernah," ujar Firman. Hanya saja menurutnya, para remaja Belitung tidak mau menjadi pengrajin. "Mereka gengsi. Mereka lebih memilih menjadi pegawai, walau pun honor jadilah. Dulu Waktu kita mendapat orderan cukup besar dari Brunei Darusallam, maka ada sekitar 20 orang yang hendak saya didik. Namun ternyata mereka tidak mau meneruskannya. Sehingga modal Rp 10 juta harus raib begitu saja," katanya sembari menegaskan bahwa 20 tahun ia menjual Batu Satam, dan bukan menjual khasiat. "Kalau ada khasiat, Subhanallah....itu kekuasaan Allah SWT,” lanjutnya sembari mengatakan kalau Batu Satam sudah mendapatkan sertifikat analisis.
Seperti halnya usaha lainnya, usaha Batu Satam atau Tektite Pulau Belitung aliasBillitonite, atau sering pula disebut Batu Meteor ini juga mengalami pasang-surut. Selama 20 tahun dia mengembangkan usaha Batu Satam, ia pernah mengalami kerugian. Tapi dia mengaku selama di stand Pameran Babel Expo 2009 ini dia sudah mendapatkan untung Rp 40 juta sampai Sabtu (7/3) lalu. Lalu adakah kunci kesuksesan bisnisnya?
Ternyata Firman Zulkarnaen, si Pengrajin Batu Satam menghindari 5 hal dan melaksanakan 5 hal pula. Yang tidak dia kerjakan adalah syirik, musyrik, sombong, takabur dan berbohong. Sementar 5 yang dia kerjakan adalah sholat 5 waktu. “Ini semua rezeki dari Allah SWT,” ujarnya.
Sebenarnya, aku Firman, dari profesinya sebagai Pengrajin Batu ini, ia sudah mendapatkan penghasilan yang boleh dikatakan tetap. Serbuk Batu Satam yang seharusnya menjadi limbah dari hasil sisa batu satam yang telah diolahnya, ternyata memiliki nilai ekonomis. Setiap 1 ons serbuk ini dihargai Rp 1 juta oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA), Sebuah Lembaga Antariksa milik Amerika Serikat tersebut. Setiap 2 tahun sekali agen NASA mengambil sebanyak 4 ons serbuk ini. “Awalnya mereka membeli bongkahan batu, lalu dilebur dan dipisahkan antara kandungan zat bumi dan kandungan luar angkasa. Nah kemudian dia pengen beli lagi. Saya bilang dari pada mubazir batu yang jadi untuk dihancurkan, mending yang sudah jadi serbuk saja. ternyata mereka mau dan menghargainya Rp 1 juta per ons,” paparnya.
Ada lagi keunikan lainnya. Firman saat ini memiliki 2 batu satam yang baru dia dapatkan 2007 lalu. Lewat sebuah mimpi, dia dibangunkan dan saat itu dia menganggap itu hanya bunga mimpi saat ada orang memanggil namanya, dan meminta dia untuk melihat Batu Satam di tokonya. Ketika kupingnya disentilah dia baru tersadar, kemudian melihat sebuah batu kecil bertulisan Allah di tempat Batu Satam miliknya. Selang 3 bulan, kemudian hal serupa terjadi dan dia mendapati batu satam bertulisan Muhammad. “Boleh percaya boleh tidak sudah ada yang menawarkan ini dengan satu unit mobil dan satu unit rumah, tapi saya tidak jual,” kata Firman seraya memperlihatkan 2 batu tersebut.
Boleh percaya boleh tidak, pula, terhadap ceritanya, kata Firman. Karena memang banyak bagian–bagian dari ceritanya yang cukup aneh. Pernah ada warga Negara dari Jepang dan Jerman yang mencoba untuk mencari batu tersebut dengan menggunakan detector, akan tetapi tidak menemukan satu pun. Bahkan dia bukan tidak pernah mencoba mencarinya sendiri. Saat itu dengan buldoser dia keluarkan uang Rp 7 juta, dan tidak satu pun batu satam dia dapati. “Rezeki kita memang sudah dibagi–bagi. Milik saya itu dari dagang sama kerajinan. Penemunya itu rezeki orang lagi,” tukasnya.

SA Artinya Pasir, TAM Berarti Empedu

Mengapa Batu Satam bernilai jual dan menarik perhatian banyak orang? Apa sih keistimewaannya? Dari lembaran kertas yang disampaikan Firman 'Panglima Satam' Zulkarnaen kepada Koran ini, disebutkan bahwa Billitonite atau yang biasa dikenal dengan batu satam adalah sejenis batu yang bisa ditemukan di Pulau Belitung. Batu tersebut hanya bisa ditemukan secara kebetulan ketika para penambang timah sedang menggali bijih timah di lokasi pertambangan darat di Pulau Belitung.
Hal yang unik dari batu ini yaitu, di beberapa daerah penghasil bijih timah di Indonesia bahkan di dunia jenis batuan ini tidak bisa ditemukan terkecuali di Pulau Belitung. Pada tahun 1921 seorang dari Belanda bernama Ir N Wing Easton dari akademi Amsterdam di Belanda menamakan batu ini 'Billitonite' yang artinya batu dari Belitung (berasal dari bahasa Belanda). Sedangkan nama SATAM berasal dari bahasa Cina SA artinya Pasir dan Tam artinya Empedu. Jadi Satam adalah Empedu Pasir kata orang-orang Cina yang berada di Belitung.
Billitonite atau Batu Satam, orang-orang juga biasanya menyebutnya dengan sebutan Batu Hitam, diduga berjuta-juta tahun yang lalu sebuah meteor diperkirakan meledak di angkasa karena pergesekan dengan udara bagian (pecahan) dari meteor tersebut jatuh bagaikan hujan partikel yang berkilap-kilap dengan membeku bagaikan batu kaca yang menyebar ke segala penjuru permukaan bumi seperti di Indonesia yakni di Pulau Belitung, Jawa dekat Solo serta negara-negara lain seperti Australia, Cekoslawakia dan Arab.
Masih dari lembaran kertas yang mengutip isinya merupakan kutipan buku 'DE ONTWIKKLING VAN HET BILLITON-MAATSCHAPPIJ by DOOR J C MOLLEMA dengan penerbit S GRAVENHAGE, MARTINUS NIJHOFF 1992, yang diberikan Firman kepada Babel Pos dan semua pengunjung Warna hitam dari batu ini berasal dari percampuran dengan zat asam Karbon dan zat Mangan. Sedangkan ukir-ukiran yang indah dan terdapat pada permukaan batu ini terjadi melalui proses alami yang tergesek melalui arus di bawah tanah pada lapisan tanah dengan kedalaman kurang lebih 50 meter.
Keindahan ukiran pada batu yang terbentuk secara alami inilah menurut Firman, yang sering menarik perhatian orang, untuk mempadu-padankannya dengan berbagai aneka perhiasan seperti cincin, giwang, bros dan kalung. Bahkan beberapa pejabat dari TNI maupun Polri, sering memanfaatkan Batu Satam sebagai penghias Tongkat Komando mereka. "Ini salah satu yang dipesan salah seorang Perwira Polri di Babel," ujar Firman sembari menunjukkan tongkat komando yang dimaksud, yang di salah satu ujungnya telah dipasangi Batu Satam seukuran jempol kaki.
Di lembaran kertas yang sama disebutkan bahwa menurut penelitian ilmuwan sekitar 700 ribu tahun lalu sebuah meteor jatuh ke bumi Indonesia seperti Kalimantan, Jawa dan Belitung. Di pulau yang disebut terakhir, pecahan meteor tertancap ada kedalaman 50 meter di bawah permukaan tanah di kawasan Desa Buding Kecamatan Kelapa Kampit. Pertama kali Batu Satam ditemukan pada 1973, saat penambangan timah secara kebetulan. Sejak saat itu masyarakat sekitar terus menambang satam dan menjadikannya anek perhiasan seperti cincin, giwang dan liontin.
Di antara pengerajin itu Firman muncul ke permukaan sebagai duta promosi satam sebagai cinderamata khas pulau Belitung ke berbagai penjuru indonesia dan mancanegara, ia menggelar pameran hasil kerajinannya dari pameran ke pameran, baik berskala nasional maupun internasional. Selain sejumlah kota di Indonesia, ia pernah merambah Malaysia, Singapura, Brunai, Hongkong dan Jepang. Dan saat ini sudah 20 tahun Firman melalang buana ke berbagai negara untuk mempromosikan Batu Satam.
Konsistensi mantan pegawai honorer PT. Timah Tbk ini terhadap kerajinan yang mengangkat nama Pulau Belitung ke kancah internasional ini pun menuai sejumlah penghargaan. Di antaranya Asean Development Citra Award 2007-2008. Sejumlah menteri dan pejabat tinggi turut membubuhi tanda tangan di atas piagam penghargaan yang diterimanya seperti Jero Wacik, M Ma'ruf, Saifullah Yusuf, Sofyan Jalil, Agum Gumelar, Sutiyoso, M Hidayat dan Indriani (presiden CEO APC).
Terlepas dari semua keunikan dan keindahannya, sebagian orang malah percaya bahwa Batu Satam memiliki khasiat sebagai penolak racun, jin dan syaithon. Namun seperti ditegaskan Firman Zulkarnaen, sang pengrajin Batu Meteor, "20 tahun, saya menjual Batu Satam. Dan bukan menjual khasiat. Kalau ada khasiat, Subhanallah....itu kekuasaan Allah SWT,” ujarnya
Dan apapun bentuknya, Satam telah menjadi cinderamata khas Pulau Belitung. Keberadaannya semakin dikenal lantaran partisipasi Firman di pameran-pameran berskala internasional dan nasional. Juga kejujuran dan keramahan Firman Satam dalam menarik hati pelanggannya.(*)




5 komentar:

  1. kalo mau beli masih ada gak mas, trus harganya ber4apa ya

    BalasHapus
  2. ass wr wb,
    mas kalo pesan utk tongkat komando, kena berapa ya ? trims

    BalasHapus
  3. Salam pencinta batu satam,,,,satam unik antik Pin Bb 24C79688 & sms what's app 081218101985

    BalasHapus
  4. selamat malam saudara sekalaian., mau menayakan nie.,"" apa ada yg punya kontak nya bapak Firman Zulkarnaen .,, dikarenakan saya mau shering dengan beliau tentang batu satam saya ( panjang 20cm., berat 2-3kg an ) 0nta hitam 081216897547., terimakasih.

    BalasHapus